Karma- Jñāna-Samuchchaya
Karma- Jñāna-Samuchchaya
(Kombinasi Kerja dan Pengetahuan)
Ni Kadek Surpi
Aryadharma,M.Fil.H
Karma-Jñāna-Samuchchaya-vadā merupakan
doktrin yang digagas oleh seorang ahli filsafat Hindu penganut faham Advaita, Maṅdana
Miśra. Doktrin ini memadukan ajaran Vedānta
dan Mimāmsā sehingga membentuk sistem
tunggal yang praktis dan sebagai perpaduan yang amat baik. Ia menggagas sistem
kombinasi antara kerja (karma) dan
pengetahuan (Jñāna) sebagai sebuah
keunggulan dan kekuatan baru.
Mimāmsā dan Vedānta merupakan sistem filsafat yang
sangat populer dan mempengaruhi banyak peradaban di dunia. Mimāmsā merupakan sistem filsafat India (Hindu) yang secara
langsung berkaitan dengan Veda. Kata Mimāmsā
berarti menganalisa dan memahami seluruhnya. Tujuan utama sistem filsafat ini
adalah untuk mempertahankan dan memberikan landasan filsafat ritualisme bagi
kitab suci Veda. Dukungan diberikan dengan dua cara yakni dengan memberikan
sebuah metodologi interpretasi agar ajaran-ajaran Veda yang rumit mengenai
ritual-ritual bisa dipahami, diharmoniskan dan diikuti tanpa kesulitan, dan dengan menyediakan suatu justifikasi filsafat
ritualisme. Dukungan ini dikembangkan berdasarkan nalar untuk memperkuat posisi
Veda sebagai kitab suci sabda Tuhan. Jadi Mimāmsā
merupakan filsafat ritualisme atau dikenal dengan yoga tindakan, meditasi
tindakan. Sistem ini tampaknya lebih dekat dengan budaya Hindu di Bali.
Secara tradisional, sistem Mimāmsā disebut Purva Mimāmsā yang berarti ajaran-ajaran yang lebih awal dan Vedānta disebut Uttara Mimāmsā yang berarti ajaran-ajaran Veda belakangan atau
lebih tinggi. Mimāmsā membahas
ajaran-ajaran Veda tentang ritual, kaidah-kaidah untuk menginterpretasikan teks
Veda, menyingkirkan kontradiksi, mengharmoniskan dan justifikasi filsafat atas
kepercayaan yang melandasi ritualisme. Mimāmsā
menekankan ajaran Veda pada aspek tindakan (karma) atau ritual sehingga juga
disebut karma Mimāmsā, sementara Vedānta
menekankan sisi pengetahuan (Jñāna),
yang juga disebut Jñāna Mimāmsā.
Keduanya mencoba menafsirkan Veda dan dianggap saling berhubungan dan saling
bergantung. Dalam proses pembelajaran filsafat, Mimāmsā muncul pertama kemudian disusul Vedānta, seperti halnya masa kanak-kanak dialami sebelum masa
dewasa. Mimāmsā sebagai sebuah
pembelajaran pendahuluan bagi pembelajar Vedānta.
Mimāmsā lebih mengajarkan yoga
tindakan, yakni bagaimana ajaran Veda yang agung diterjemahkan dalam tindakan
yakni ritual. Sementara Vedānta
menekankan pada yoga pengetahuan, yakni bagaimana mencapai pembebasan dan
kemuliaan hidup melalui pengetahuan, sebagaimana pula ditekankan dalam Bhagavad
Gita IV.33... jñāna-yajñaḥ parantapa.
Filsafat Mimāmsā adalah sebuah filsafat tentang Dharma yang dalam banyak
filsuf diterjemahkan sebagai yang karakteristiknya adalah sebuah perintah. Jika
ditelusuri dalam teks-teks Veda, pada bagian awal Veda adalah mantra dan
Brahmana yang disebut Karma Kanda
(jalan tindakan), sementara bagian berikutnya yakni Upanisad disebut Jñāna kanda atau jalan pengetahuan,
spekulasi filsafat yang bahkan sulit dipahami oleh masyarakat umum. Yang
pertama berhubungan dengan kerja atau tindakan, dengan ritual dan yajna, sementara
yang terakhir berhubungan dengan pengetahuan (Jñāna) tentang realitas. Yang pertama berhubungan dengan kewajiban
(Dharma) sehingga disebut pula Dharma Mimāmsā,
yang kedua berhubungan dengan realitas tertinggi (Brahman) disebut Brahma Mimāmsā. Dalam teks utama, Mimāmsā-sutra diawali dengan sutra
pertama yakni- अथातो
धर्मजिज्ञासा- athāto
dharmajijñāsā,’sekarang
penyelidikan ke dalam Dharma dimulai,” sementara Brahma-sutra dengan kata अथातो ब्रह्मजिज्ञासा-athāto brahmajijñāsā,”sekarang
penyedilikan ke dalam Brahman dimulai.”
Jika dipahami sepintas, kedua doktrin
ini akan tampak kontradiktif, Mimāmsā
mengajarkan tindakan dan ritual, sementara Vedānta
menekankan pengetahuan, kecerdasan dan kebijaksanaan. Secara kasat mata, ajaran
Mimāmsā menekankan tindakan nyata,
baik berupa perbuatan dan ritual dan Vedānta
pada pengetahuan tertinggi. Bahkan bagi masyarakat kebanyakan, kedua ini nyaris
dijadikan kontradiktif. Ketika ada gerakan pengajaran Veda, banyak pihak
langsung mempertanyakan mana implementasi nyatanya, mana tindakan nyata dari
ajaran itu. Bahwa tindakan dan implementasilah yang penting. Kenyataan ini
memang tak terbantahkan bahwa pengetahuan tanpa tindakan akan menjadi hambar.
‘pengetahuan’ seolah tidak diperlukan oleh masyarakat. Penganut ajaran ekstrim
ini lupa, bahwa banyak kejadian dan bahkan konflik terjadi karena kurangnya
pengetahuan atau salah berpikir dan tidak adanya kaum bijak yang mampu
memberikan petunjuk yang benar bagi pemimpin dan masyarakat umum. Dalam sejarah dunia, sebuah peradaban mengalami kemajuan
karena adanya kaum terdidik yang berkontribusi nyata bagi negaranya. Sehingga
pengetahuan akan menjadi obor bagi jalannya peradaban yang kerap digelapkan
oleh adharma.
Kapan kita harus mengejar pengetahuan ?
Kebijaksanaan Hindu sesungguhnya telah memberikan jalan yang sangat terang
dalam konsep tatanan spiritual yakni Catur Asrama. Pengetahuan Veda hendaknya
diajarkan ketika tahapan brahmācari.
Bhagavad Gita, bagian-bagian Veda bahkan filsafat diajarkan ketika usia hingga
25 tahun. Ketika memasuki gṛhastha, manusia mulai
ditekankan Karma Kanda, jalan
tindakan dan ritual. Esensi Vedānta
ketika vāprastha dan saṅnyāsi.
Bagi mereka yang berkarakteristik Karma Kanda, jalan tindakan menjadi
jalan utama baginya, sementara yang memang memiliki kapasitas otak pengetahuan,
perenungan filosofis menjadi jalan yang indah dan utama baginya. Namun
demikian, keduanya tidak akan sempurna tanpa pemahaman yang benar, tanpa kombinasi
yang sempurna. Di abad ini, diperlukan kombinasi Karma dan Jñāna untuk
mencapai kebaikan di masyarakat. Pemahaman dan perpaduan yang benar ini akan
membangun sebuah kekuatan baru di masyarakat.
Jadi doktrin Karma- Jñāna-Samuchchaya- vadā
merupakan jalan tengah dimana ketika seseorang sedang belajar, harus pula
mengkombinasikan apa yang dipelajari dalam bentuk tindakan, sementara ketika
mengambil jalan karma harus pula
dipadukan dengan pengetahuan. Kedua jalan ini sama mulianya, sama berharganya.
Pengetahuan dan tindakan merupakan hal yang tak terpisahkan, tak ada yang lebih
mulia atau hina diantaranya. Porsi yang diambil tentunya disesuaikan dengan
kerakteristik manusia. Bagi yang mengambil jalan karma, harus pula menghargai
mereka yang dominan mengambil jalan Jñāna,
demikian pula sebaliknya para Jñāni
menghormati mereka yang berkarakteristik karmi.
Kedua kekuatan ini semestinya dipadukan untuk membangun kekuatan di masyarakat.
Mereka yang ahli bekerja dan mereka pada pemikir, kaum cendekiawan harus
diberikan porsi dan dijadikan kekuatan besar dalam membangun peradaban yang
agung. Sebab keduanya sama kuat, sama-sama diperlukan manakala ingin membangun
sebuah tatanan masyarakat yang mapan.
Penulis, peneliti, Dosen IHDN Denpasar,
Direktur Vivekananda Spirit Indonesia (VSI).
Best bets for soccer today - Sports Toto
BalasHapusToday, communitykhabar we're going worrione to tell you a few key to checking into soccer betting apps. goyangfc of the poormansguidetocasinogambling.com most popular soccer 토토사이트 betting options and which ones will