Nabi Muhammad Diramalkan dalam Veda?
Nabi Muhammad Diramalkan dalam Veda?
Beberapa tahun
yang lalu, sejumlah media di Indonesia melansir berita yang cukup menghebohkan
tentang Nabi Muhammad yang disebut-sebut avatara yang ditunggu-tunggu oleh umat
Hindu. Kalki avatara adalah avatara jaman Kali yang diramalkan secara tegas
oleh kitab suci Veda. Sumber kehebohan itu adalah sebuah tulisan seorang
professor yang konon berasal dari Universitas Allahabad di India, Profesor
Vedaprakash Upadhyay dan sumber lain menulis Vaid Prakash. Ia telah membuat
gempar umat Hindu dan Islam bukan saja di India, tetapi juga di Indonesia dan
sejumlah Negara. Prakash yang konon juga keturunan Brahmana itu menerbitkan
tulisannya berjudul ‘Kalki Avtar.’ Setelah mempelajari sejumlah kitab-kitab
purana seperti Bhagavata Purana, Visnu Purana dan membandingkan dengan Hadist
Nabi Muhammad, ia sampai pada kesimpulan yang menghebohkan bahwa Kalki Avatara
yang diramalkan oleh Veda untuk datang kembali menegakkan dharma adalah Nabi
Muhammad. Belakangan, isu tersebut di'panaskan' kembali oleh seorang yang mengaku ahli Islam, Dr. Zakir Naik yang selalu mencoba membandingkan ajaran Islam dengan ajaran lain yang dianggapnya keliru. Bahkan Zakir Naik mengutip sejumlah literatur Veda tentang Nabi Muhammad sebagai Kalki Avatara dan bertanya dengan lantang, "Jika kitab suci anda saja membenarkan, mengapa anda tidak menerima Islam ?" Kontan, berita itu sampai kembali ke Indonesia dan ditonton oleh sejumlah mahasiswa dan masyarakat umum. Berbagai reaksi yang timbul, ada yang langsung setuju dengan Zakir Naik, ada yang mencoba mencari jawaban dan kebanyakan BINGUNG !
Kemunculan
Tokoh Agama lain Diramalkan dalam Veda
Hindu menyebut
Veda sebagai apourusheyam yang artinya tidak dikarang oleh purusha atau manusia, manusia hanyalah alat Tuhan untuk menyebarkan
kata-kata-Nya. Veda juga aanadi,
tanpa awal dari segi waktu. Tidak bersumber dari manusia dan tanpa awal dari
segi waktu, bagaimana ini bisa diterima ? Sebuah kitab paling tidak punya satu
pengarang. Perjanjian lama adalah kumpulan dari ajaran banyak nabi, Qur’an
adalah ajaran Nabi Muhammad. Mereka,
para nabi ini hidup pada satu waktu tertentu dan sebelum mereka ada, ajarannya
pun tidak ada. Akan tetapi Veda sudah diturunkan ketika alam semesta ini
diciptakan. Sri Krishna dalam Bhagavad Gita 4.1 menyatakan : “Aku telah
mengajarkan pengetahuan ini kepada Dewa Matahari, Vivasvan, kemudian Vivasvan
mengajarkan ilmu pengetahuan ini kepada Manu, ayah manusia, kemudian Manu
mengajarkan ilmu pengetahuan ini kepada Iksvaku,” ucapan Sri Krishna
kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, juga dibenarkan oleh Mahabharata dalam Santi
Parva bahwa awal jaman Treta Yuga pengetahuan ini sudah diajarkan. Kehadiran
avatara adalah guna menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma dan melindungi
orang-orang suci.
Veda sebagai
pengetahuan universal, tidak dapat dipungkiri juga meramalkan kedatangan
orang-orang suci, seperti Budha diramalkan dalam Bhagavata Purana, jauh sebelum
kelahirannya. Yesus diramalkan dalam Bhavisya Purana. Bhavisya purana juga
meramalkan orang suci yang mengarah pada Nabi Muhammad. Menurut Steven Rose
(1996) dalam Kitab Bhavisya Purana parwa 3, kanda 3, adhyaya 3 sloka 5, Nabi
Muhammad diramalkan :
Etan
mitrantare mleccha
Acaryena samanvitah
Mahamad
iti Khyatah
Siyyagrasva
samanvitah
Artinya “An illiterate teacher will come along, Mahamad by name, and he will give religion
to his fifth-class companion,”
Sejumlah
referansi lain juga melansir adanya ramalan kedatangan nabi Muhammad. Seperti
Dr. Z. Haq (1997) dalam bukunya Propet
Muhammad in Hindu Scripture, secara panjang lebar menguraikan ramalan nabi
Muhammad dalam Atharvaveda XX.126-127. Ia juga menyatakan kata Mahamad
diuraikan dalam kitab-kitab lain. Tetapi
jika kita cermati Bhavisya Purana yang dikutip Steven Rose, yang diramalkan
adalah seorang acarya. Acarya artinya seorang guru yang mengajarkan kebajikan.
Acarya tentu saja bukan avatara. Avatara adalah Tuhan yang berkenan mengambil
wujud (dalam konsep Teologi Hindu disebut Saguna
Brahman, Tuhan tanpa wujud disebut Nirguna
Brahman). Sementara acarya adalah manusia yang mencapai pencerahan dan
mengajar umat manusia menuju kebaikan. Dapat kita pahami, ramalan kemunculan
Nabi Muhammad, tidaklah salah, sebab Veda bukan kitab suci yang hanya ditujukan
untuk satu golongan atau agama tertentu, tetapi pesan universal bagi umat
manusia dan Veda dapat diajarkan dengan cara yang sama kepada orang asing
sekalipun.
Stephen Knapp, seorang ilmuwan yang mempelajari literatur Veda dengan sangat komprehensif juga memberikan penjelasan atas kesalahan penterjemahan yang dilakukan oleh Zakir Naik yang diduga karena keterbatasannya memahami Bahasa Sanskerta atau ia memang sengaja melakukan itu demi membenarkan argumennya. Knapp menjelaskan sejumlah mantra Veda yang dikutip dan diberikan terjemahan sesuai dengan arti kata dan dibuktikan bahwa apa yang disampaikan Zakir Naik adalah sebuah kesalahan.
Muhammad
dapat disebut Acarya, bukan Avatara
Bagaimana dengan
klaim bahwa Nabi Muhamamd adalah Kalki ? Kalki Avatara adalah perwujudan Visnu
yang hadir dalam setiap jaman guna menegakkan kembali prinsip-prinsip Dharma,
ia telah hadir sebagai Rama, Juga Krishna, sebagaimana tercantum dalam Kitab
Bhagavad Gita IV.7-8. Profesor Prakash dengan berani menyatakan bahwa Kalki
yang ditunggu umat Hindu telah hadir
1400 tahun yang lalu. Publikasi itu telah membuat sejumlah ketegangan. Bahkan
situs-situs Islam di Internet melansir secara luas. Ramalan tentang kalki
termuat dalam beberapa kitab seperti Bhagavata Purana, Visnu Purana, Padma
Purana dan Agni Purana. Bahkan diceritakan ciri-ciri dan misi kemunculannya.
Salah satunya adalah Kalki akan muncul pada akhir Jaman Kali (kali yuga),
dimana dunia dipenuhi dengan kejahatan dan dharma merosot. Klaim Kalki tidak
lain adalah Nabi Muhammad karena dalam
Bhagavata Purana, Kalki diramalkan bersenjata pedang, menunggang kuda putih,
membinasakan orang-orang biadap. Persamaanya, Nabi kala itu menegakkan
ajarannya lebih banyak menggunakan pedang dan mengendarai Bouraq ketika
melakukan perjalanan Isra Miraj. Prakash mempertegas kutipannya dengan
mengatakan ayah Kalki adalah Visnubhagat, yang jika dirunut dalam bahasa arab
sama artinya dengan Abdullah. Visnubhagat artinya penyembah Visnu. Abdullah
artinya hamba Allah. Nama ibu Kalki adalah
Sumaani (Sansekerta) yang dalam bahasa arab sama artinya dengan kata
Aminah. Kecocokan inilah dijadikan alasan bahwa Kalki Avatara adalah Nabi Muhammad.
Tetapi
argumentasi tersebut banyak kelemahannya. Kalki adalah avatara yang akan lahir
pada akhir jaman Kali. Kali yuga berlangsung ketika Sri Krishna mengakhiri
kegiatan rohani di bumi, tahun 3202 sebelum masehi. Saat ini, kita baru
memasuki belum setengah kali yuga. Nabi lahir 570 masehi, angka itu jelas
sangat tidak diterima sebagai akhir dari jaman Kali. Menuurt Kosmologi Hindu,
kali yuga akan berlangsung 1.200 tahun Deva. Dimana satu hari Deva = 1000 tahun
manusia, sehingga kali yuga masih berlangsung sangat lama. Pencocokan nama,
adalah hal yang sangat lumrah dan gampang untuk dilakukan tanpa dasar-dasar
yang kuat dalam bahasa yang berbeda. Kalki adalah avatara Visnu yang telah
menjelma dalam Sembilan kali penjelmaan dan Ia bukanlah akhir dari penjelmaan. Ia akan menjelma lagi ketika dimulai kembali
Kertayuga. Lagi pula, Kalki bukanlah manusia biasa yang ditinggikan seperti
halnya Nabi tetapi Visnu sendiri yang turun mengambil wujud.
Jadi, memang
benar, Nabi Muhamad dan sejumlah guru spiritual lainnya diramalkan
kemunculannya dalam Veda, tetapi jelas disebut sebagai acarya, bukan avatara. Acarya adalah para guru yang membimbing
manusia dan jumlahnya tidak terbatas. Hindu memang memiliki tradisi menghormati
orang suci dari tanah manapun kelahirannya, apapun label agama yang diberikan
oleh pengikutnya, tetapi tentang keberadaan avatara, bukanlah klaim yang
gampang seperti itu. Dia adalah Visnu yang akan memberikan berkat dan
mengajarkan kembali Veda. Penafsiran tentu saja diperlukan, tetapi jika kita
menafsirkan tanpa tendensi, kita juga dapat menghubung-hubungkan dengan ksatria
lain seperti Alexander Agung yang menaklukkan daerah jajahan dengan pedang dan
kuda, juga para panglima dari jaman Yunani, juga kaisar di India, seperti Raja
Ashoka. Kenapa harus dicocokkan dengan nabi Muhammad ? Nabi Muhammad adalah
guru (acarya), tetapi bukan Kalki. Jika kita mengkaji lebih jauh dalam ramalan
kemunculan Kalki, akan ditemukan lebih banyak ketidak-cocokan daripada sekedar
mirip. Daripada kita bertengkar untuk tujuan sekedar membenarkan ajaran agama
sendiri dan menuduh agama orang lain lebih rendah, jauh lebih bijaksana jika
kita menghormati guru-guru spiritual, apapun bingkai agama dengan meretas
persaudaraan semesta, seperti doktrin Veda Vasudhaiva
Khutumbhakan “seluruh semesta ini satu keluarga,”
Ni Kadek Surpi
Aryadharma,M.Fil.H
Intelektual
Hindu, Tokoh Hindu, penulis buku dan Dosen Filsafat Hindu
IHDN Denpasar
Salam Rahayu
BalasHapusmengingat banyaknya pertanyaan di FB, saya sampaikan bahwa tulisan ini sesungguhnya bukan 'menyerang' Zakir Naik apalagi islam, tetapi menjelaskan apa yang keliru dipahami, baik oleh Dr. Zakir Naik atau pihak lainnya yang melakukan pengkajian secara dangkal dan melakukan 'debat agama' secara panas.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKami menghapus komen-komen rasis dari Blog ini mengingat sifatnya wacana intelektual, bukan mempertahankan keyakinan secara membabi buta...yang menyukai komen sinis silahkan di tempat yang benar....
BalasHapus